Kata "musibah" berasal dari bahasa Arab yang berarti setiap kejadian yang tidak disukai. Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa musibah ialah kejadian / peristiwa menyedihkan yang menimpa. Dalam hadits riwayat Bukhari rhm dan Muslim rhm dinyatakan sabda Rasulullah SAW yang menyebutkan sejumlah jenis musibah, antara lain: rasa lelah, sakit, resah, sedih, derita, galau, hingga tertusuk sebuah duri sekali pun.
Kata
"Musibah" di dalam Al-Qur'an disebut secara eksplisit sebanyak sepuluh
kali, yaitu : QS.2.Al-Baqarah : 156, QS.3.Aali 'Imraan : 165,
QS.4.An-Nisaa : 62 dan 72, QS.5.Al-Maa-idah : 106, QS.9.At-Taubah : 50,
QS.28.Al-Qashash : 47, QS.57.Al-Hadiid : 22, QS.42.Asy-Syuura : 30 dan
QS.64.At-Taghaabun : 11. Sedang secara implisit sangat banyak sekali.
SEBAB MUSIBAH
Sebab
terjadinya suatu musibah ada dua macam : Pertama, sebab rasional yaitu
sebab yang bisa terdeteksi dengan indera jasmani dan mudah dicerna
secara rasional. Sebab macam ini seperti longsor akibat penggundulan
hutan, banjir akibat buang sampah sembarangan, kering akibat habisnya
lahan serapan air, kebakaran hutan akibat buang rokok atau membuat api
sembarangan di hutan saat musim kemarau, dan sebagainya. Sebab macam
inilah yang telah diinformasikan Allah SWT melalui firman-Nya dalam
QS.30.Ar-Ruum: 41 yang terjemahannya: "Telah nampak kerusakan di
darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya
Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka,
agar mereka kembali (ke jalan yang benar)."
Kedua,
sebab supra rasional yaitu sebab yang hanya terdeteksi dengan indera
rohani dan tidak mudah dirasionalisasikan. Sebab macam ini seperti
musibah yang datang akibat merajalelanya kemunkaran, kedurhakaan,
kedurjanaan, kezaliman, ketidak-adilan, kesewenangan, dan aneka
perbuatan ma'siat lainnya. Sebab macam inilah yang telah diinformasikan
Allah SWT melalui firman-Nya dalam QS.28.Al-Qashash: 59 yang
terjemahannya: "Dan tidak adalah Tuhanmu membinasakan kota-kota,
sebelum Dia mengutus di ibukota itu seorang rasul yang membacakan
ayat-ayat Kami kepada mereka; dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan
kota-kota; kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kezaliman."
Sebab
macam pertama diterima oleh semua orang, baik mu'min mau pun kafir,
karena dengan mudah bisa dicerna oleh akal dan dideteksi oleh indera
jasmani siapa pun. Secara ilmu pengetahuan modern pun mudah dibuktikan.
Sedang sebab macam kedua hanya diyakini dan diterima oleh orang yang
beriman saja. Tanpa iman sulit orang untuk mempercayainya, karena tidak
sembarang akal bisa mencernanya dan tidak sembarang indera dapat
mendeteksinya, serta ilmu pengetahuan modern pun sering tidak bisa
mengurainya.
BERKAH DAN MUSIBAH
Orang
beriman pasti percaya dengan janji dan ancaman Allah SWT. Dalam
QS.7.Al-A'raf : 96, Allah SWT menyatakan janji dan ancaman-Nya berkaitan
dengan perilaku manusia yang bisa mengundang keberkahan mau pun
musibah, yang terjemahannya sebagai berikut: "Jikalau sekiranya
penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya."
Jadi,
janji Allah SWT jelas dan ancaman-Nya juga tegas. Barangsiapa beriman
dan bertaqwa maka berarti mengundang berkah. Dan barangsiapa inkar dan
ma'siat maka berarti mengundang musibah. Iman dan Taqwa
itu adalah kunci keberkahan di dunia dan akhirat. Sedang inkar dan
ma'siat itu adalah kunci musibah di dunia mau pun akhirat.
Segala
keberkahan datang dari Allah SWT, dan segala musibah datang sebagai
akibat dari perbuatan manusia sendiri. Dalam QS.4.An-Nisaa' : 79, Allah
SWT berfirman: "Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja yang menimpamu maka dari (kesalahan) dirimu sendiri."
Itu
pun sudah banyak kesalahan yang dimaafkan oleh Allah SWT, sehingga
dengan rahmat-Nya banyak azab tidak diturunkannya. Dalam
QS.42.Asy-Syuuraa : 30, Allah SWT berfirman: "Dan apa saja
musibah yang menimpa kamu maka disebabkan oleh perbuatan tanganmu
sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari
kesalahan-kesalahanmu)."
Selain
ayat-ayat Al-Qur'an di atas yang mengaitkan ma'siat dengan musibah,
banyak sekali Hadits Nabi SAW yang menerangkan tentang kaitan musibah
dengan aneka kemunkaran dan kema'siatan. Semua keterangan Rasulullah SAW
sangat gamblang dan jelas, mudah dipahami oleh siapa pun yang memiliki
iman dan taqwa kepada Allah SWT.
MUSIBAH KAPAN DAN DIMANA SAJA
Musibah
bisa datang kapan saja tanpa diduga, pagi dan siang mau pun malam,
sebagaimana Allah SWT nyatakan dalam QS.7.Al-A'raf : 97-99, yang
terjemahannya sebagai berikut: "Maka apakah penduduk negeri-negeri itu
merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di
waktu mereka sedang tidur ?
Atau
apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan
Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalahan naik ketika mereka
sedang bermain ? Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang
tidak terduga-duga) ? Tiada yang merasa aman dari azab Allah kecuali
orang-orang yang merugi."
Dan
musibah bisa terjadi dimana saja dan dengan cara bagaimana pun, juga
tanpa diduga, sebagaimana Allah SWT berfirman dalam QS.16.An-Nahl :
45-47 yang terjemahannya sebagai berikut: "Maka apakah
orang-orang yang membuat makar yang jahat itu, merasa aman (dari
bencana) ditenggelamkannya bumi oleh Allah bersama mereka, atau
datangnya azab kepada mereka dari tempat yang tidak mereka sadari, atau
Allah mengazab mereka di waktu mereka dalam perjalanan, maka sekali-kali
mereka tidak dapat menolak (azab itu), atau Allah mengazab mereka
dengan berangsur-angsur (sampai binasa). Maka sesungguhnya Tuhanmu
adalah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang."
Dan
musibah pun bisa datang dalam aneka bentuk dan jenis, pun tanpa dikira,
sebagaimana Allah SWT berfirman dalam QS.29. Al-'Ankabuut: 40, yang
terjemahannya sebagai berikut: "Maka masing-masing (mereka itu)
Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami
timpakan kepadanya hujan batu kerikil, dan di antara mereka ada yang
ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami
benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan,
dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi
merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri."
MUSIBAH DAN UMAT TERDAHULU
Dalam hadits riwayat Abu Daud rhm yang bersumber dari Ibnu Mas'ud ra, bahwa Nabi SAW mengabarkan: "Sesungguhnya
awal mula masuknya kekurangan (terjadinya kesalahan) ke dalam Bani
Israil adalah dahulu seseorang (yang baik) bertemu dengan orang lain
(yang berbuat buruk) seraya berkata :"Hei orang ini, takutlah kepada
Allah ! Dan tinggalkanlah apa yang kamu lakukan, sesungguhnya itu tidak
halal bagimu !" Kemudian keesokan harinya dia (bertemu lagi dengan orang
itu), namun tidak lagi ia melarangnya, bahkan dia justru menjadi teman
makan, minum dan duduknya. Maka tatkala mereka lakukan yang demikian
itu, Allah SWT pun mencap (menghitamkan) hati sebagian mereka (yang
baik) dengan sebab sebagian mereka (yang buruk)."
Selanjutnya,
Nabi SAW membacakan firman Allah SWT dalam QS.5.Al-Maa-idah : 78-79,
tentang nasib umat terdahulu akibat dari kemunkarannya, yang terjemahan
firman-Nya SWT sebagai berikut: "Telah dilaknati orang-orang
kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam. Yang
demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas.
Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka
perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu."
Setelah itu, Rasulullah SAW bersabda kembali: "Sungguh,
Demi Allah, hendaknya engkau benar-benar menyerukan yang ma'ruf dan
benar-benar mencegah yang munkar, serta sungguh-sungguh menentang
tangan-tangan orang zalim, dengan benar-benar mengembalikannya ke jalan
yang Haq, dan benar-benar menjaganya di jalan yang Haq."
HAKIKAT MUSIBAH
Hakikat
Musibah ada tiga macam, yaitu : Pertama, Musibah sebagai UJIAN, yaitu
musibah yang menimpa orang-orang beriman yang soleh. Musibah tersebut
untuk menguji iman dan keyakinannya kepada Allah SWT. Jika dia hadapi
tetap dengan Syukur dan Sabar, maka ujian tersebut akan menjadi pensuci
diri dan pengangkat derajatnya di sisi Allah SWT. Setiap orang beriman
pasti akan diuji oleh Allah SWT sebagaimana firman-Nya dalam QS.29.
Al-'Ankabut: 2, yang terjemahannya : "Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi ?"
Kedua,
Musibah sebagai PERINGATAN, yaitu musibah yang menimpa orang-orang baik
tapi terkadang masih suka lalai. Musibah tersebut sebagai peringatan
agar dia tidak lagi lalai, sehingga kembali ke jalan yang semestinya.
Ini yang difirmankan Allah SWT dalam QS.30.Ar-Ruum : 41 yang
terjemahannya: "... supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)."
Jika
dia sadar dan insaf serta tetap sabar, maka musibah tersebut bisa
menjadi penghapus kesalahan dan pengampun dosanya. Setiap musibah yang
menimpa seorang muslim memang bisa menghapus kesalahannya, sebagaimana
hadits muttafaqun 'alaihi yang diriwayatkan Bukhari rhm dan Muslim yang
bersumber dari Abu Sa'id Al-Khudri ra dan Abu Hurairah ra, bahwa Nabi
SAW bersabda: "Tidaklah seorang muslim ditimpa musibah berupa
lelah, sakit, keresahan, kesedihan, penderitaan, kegalauan, hingga
sebuah duri menusuknya, melainkan Allah menghapus dengannya (musibah
tersebut) daripada kesalahan-kesalahannya."
Ketiga,
Musibah sebagai AZAB, yaitu musibah yang menimpa orang-orang durhaka
seperti orang kafir, musyrik, murtad, fasiq, munafiq, zalim dan Ahli
Ma'siat. Musibah tersebut adalah siksa yang didahulukan di dunia, dan
azab akhirat yang disiapkan jauh lebih pedih lagi. Firman Allah SWT
dalam QS.39.Az-Zumar : 26 menyatakan: "Maka Allah merasakan
kepada mereka kehinaan pada kehidupan dunia. Dan sesungguhnya azab pada
hari akhirat lebih besar kalau mereka mengetahui."
Pada
hakikatnya, macam musibah yang menimpa suatu negeri sama dengan macam
musibah yang menimpa orang per orang. Artinya, jika musibah menimpa
suatu negeri yang penduduknya beriman dan bertaqwa, maka musibah itu
adalah UJIAN. Sedang musibah yang menimpa suatu negeri muslim yang
terkadang masih lalai dari kewajiban, maka musibah itu adalah
PERINGATAN. Ada pun musibah yang menimpa suatu negeri kafir atau negeri
yang bergelimang dengan ma'siat dan kezaliman, maka bisa dipastikan
bahwa musibah itu adalah AZAB. Na'udzu billaahi min dzaalik.
MUSIBAH ITU UMUM
Terlepas
dari Hakikat Musibah yang bisa berupa Ujian dan Peringatan mau pun
Azab, maka yang jelas musibah jika datang bersifat umum. Artinya, jika
musibah datang maka semua pihak akan terkena, baik yang soleh mau pun
tidak, bahkan bayi tidak berdosa pun ikut terkena menjadi korban. Itulah
karenanya Allah SWT telah beri peringatan dalam QS.8.Al-Anfaal : 25
melalui firman-Nya yang terjemahannya: "Dan peliharalah dirimu
dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja
di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaannya."
Dan
dalam kitab Misykaatul Mashoobiih juz 3 bab 22 pasal 2 Hadits ke-5.147
bersumber dari 'Umairoh Al-Kindiy ra bahwa Rasulullah SAW bersabda : "Sesungguhnya
Allah SWT tidak mengazab umumnya manusia hanya karena perbuatan khusus
sebagian mereka, sehingga mereka melihat kemunkaran di tengah mereka dan
mereka mampu untuk menentangnya, namun mereka tidak menentangnya. Jika
sudah demikian yang mereka perbuat maka Allah mengazab yang umum dan
khusus dari mereka."
Lalu
dalam Musnad Imam Ahmad dan Jami' Imam At-Tirmidzi serta Sunan Ibnu
Majah diriwayatkan sebuah hadits bahwa Abu Bakar Ash-Shiddiq ra pernah
berkata : "Wahai manusia, sesungguhnya engkau sekalian membaca ayat ini
dan engkau menta'wilkannya bertentangan dengan ta'wil yang sebenarnya -
lalu ia membaca QS.5.Al-Maa-idah: 195 ("Hai orang-orang yang
beriman, jagalah dirimu. Tiadalah orang yang sesat itu akan memberi
mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk") - Sesungguhnya aku telah mendengar Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya manusia jika mereka melihat orang yang berbuat zalim dan tidak mencegahnya, maka sudah dekat Allah meratakan mereka semua dengan siksa dari-Nya."
KESOLEHAN PRIBADI TIDAK CEGAH MUSIBAH
Sebuah
hadits muttafaqun 'alaihi yang diriwayatkan Bukhari rhm dan Muslim rhm
yang bersumber dari Ummul Mu'minin, Zainab binti Jahsy ra, menceritakan
tentang berita akan datangnya bahaya bagi umat manusia, lalu Zainab ra
bertanya kepada Nabi SAW: "Wahai Rasulullah, mungkinkah kami
binasa padahal di tengah-tengah kami masih ada orang-orang yang soleh ?"
Rasulullah SAW pun menjawab: "Ya, apabila kebejatan sudah merajalela."
Dalam
kitab Misykaatul Mashoobiih juz 3 bab 22 pasal 3 Hadits ke-5.152
bersumber dari Jabir bin Abdullah ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Allah
'Azza wa Jalla mewahyukan kepada Jibril as : "Goncangkanlah kota ini
dan kota itu bersama penghuninya !" Jibril as pun berkata : "Wahai
Tuhanku, sesungguhnya di tengah-tengah mereka ada hamba-Mu si fulan yang
tidak pernah ma'siat kepada-Mu sesaat pun juga." Rasulullah SAW
melanjutkan: "Allah berfirman : "Sesungguhnya wajahnya (si hamba yang
soleh itu) tidak pernah berubah terhadap-Ku (tidak marah melihat
kema'siatan) sesaat pun juga."
Dua
hadits di atas dengan secara gamblang dan jelas menerangkan bahwa
kesalehan pribadi tidak akan mampu mencegah datangnya musibah, jika
kesalehan pribadi tersebut tidak mampu mencegah kemunkaran dan
kema'siatan sehingga merajalela.
HISBAH CEGAH MUSIBAH
Hisbah
adalah Amar Ma'ruf Nahi Munkar, yaitu menyerukan kema'rufan dan
mencegah kemunkaran. Hisbah merupakan Pintu Gerbang Keberuntungan dan
Ciri umat yang terbaik serta Sendi Pembangunan Akhlaq Sholihah
(QS.3.Aali 'Imraan : 104, 110 dan 114). Hisbah juga merupakan Tugas
Mulia Para Nabi (QS.7.Al-A'raaf : 157), Penyebab Turunnya Rahmat
(QS.9.At-Taubah : 71), Sifat Mu'min (QS.22.Al-Hajj : 41), dan Kewajiban
dari Allah SWT (QS.31.Luqmaan : 17).
Dalam hadits banyak disebutkan tentang peran Hisbah sebagai jalan keselamatan dari musibah, antara lain: Pertama,
dalam Jami' Imam At-Tirmidzi rhm, kitab Al-Fitan, Bab Amar Ma'ruf Nahi
Munkar, hadits ke-9, bersumber dari Hudzaifah ibnul Yaman ra, bahwa
Rasulullah SAW bersabda: "Demi yang jiwaku ada di tangan
(kekuasaan) -Nya, hendaklah engkau sungguh-sungguh menyerukan kema'rufan
dan mencegah kemunkaran, atau niscaya Allah akan benar-benar mengirim
atasmu sekalian siksa dari-Nya. Kemudian engkau berdoa kepada-Nya dan
Dia tidak mengabulkannya."
Kedua,
dalam kitab Al-Fathur Robbani yang merupakan susunan sistematis dari
Musnad Imam Ahmad juz 19 hal 177 ada sebuah Hadits Qudsi yang
diriwayatkan oleh Siti Aisyah ra, bahwa Nabi SAW bersabda: "Wahai
manusia, sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla berfirman: "Serulanlah
kema'rufan dan cegahlah kemunkaran, sebelum engkau semua berdoa
kepada-Ku namun Aku tidak mengabulkannya, dan sebelum engkau semua
meminta kepada-Ku namun Aku tidak memberikannya, serta sebelum engkau
semua mohon pertolongan-Ku namun Aku tidak menolong engkau sekalian."
JAKARTA, MA'SIAT DAN MUSIBAH
Cap
Jakarta sebagai Serambi Ma'siat Indonesia tampaknya bukan sekedar
tuduhan tanpa bukti. Aneka macam kemunkaran di Jakarta dengan mudah
didapatkan, karena disuguhkan secara frontal, demonstratif dan tanpa
punya rasa malu. Tentu saja, bukan maksud tulisan ini untuk memojokkan
Pemda DKI Jakarta, tapi untuk menyadarkan mereka dan kita semua agar ke
depan tidak mengulangi kesalahan serupa.
Di
malam tahun baru 2013 M, Jakarta menyuguhkan FESTIVAL MA'SIAT di
sepanjang Jalan Protokol Sudirman - Thamrin hingga Istana dan Monas
sebagai jantung ibu kota. Belasan panggung hiburan yang sarat dengan
kemunkaran ditampilkan atas nama "PESTA RAKYAT". Pesta kembang api yang
bernilai milyaran rupiah dipertontonkan sahut menyahut selama berjam-jam
mulai dari tengah malam hingga pagi dini hari. Hujan yang mengguyur
Jakarta tidak dipedulikan, pejabat dan rakyat yang mengaku beragama
"Islam" basah-basahan hanya untuk memeriahkan Tahun Baru Masehi yang
merupakan satu rangkaian dengan peringatan Natal.
Ironis
! Untuk sebuah peringatan Maulid Nabi SAW yang menutup jalan raya
biasa, terkadang hanya menutup sebuah jalan MHT, sering dipersulit dan
selalu dikecam berbagai pihak dengan dalih mengganggu lalu lintas warga.
Bahkan mulai ada usulan konyol "Fatwa MUI DKI" untuk melarang itu
semua. Tapi, menutup jalan raya protokol utama, jantung ibu kota
Jakarta, untuk pesta ma'siat, didukung dan dibesar-besarkan, bahkan
dibiayai Pemda DKI Jakarta di bawah pimpinan Jokowi - Ahok. Dan semua
media ikut mempromosikan serta mempublikasikan Festival Ma'siat tersebut
secara nasional. Luar Biasa !!!
Kini,
setelah "langit" diserang kembang api Jokowi - Ahok, maka langit pun
menyerang balik dengan curah hujan yang merendam, bahkan hampir
menenggelamkan seluruh ibu kota. Bayangkan jika "Langit" menyerang balik
dengan kembang api serupa. Bersyukurlah, serangan balik "Langit" hanya
berupa hujan yang mengakibatkan banjir. Musibah banjir telah
mengakibatkan sejumlah nyawa melayang, harta benda banyak musnah,
kerugian ada di seluruh penjuru Jakarta. Jokowi - Ahok telah membeli
musibah dengan ma'siat, itulah prestasi 100 hari pertama kinerja mereka.
Orang
tak beriman akan menampik keterkaitan musibah banjir Jakarta dengan
kema'siatan yang ada di Jakarta itu sendiri, apalagi jika dikaitkan
dengan kema'siatan Jokowi - Ahok sebagai pemimpinnya. Mereka menganggap
hal tersebut mengada-ada atau sudah dipolitisasi. Namun bagi orang yang
beriman, Ahok yang non muslim menjadi pemimpin umat Islam Jakarta sudah
merupakan ma'siat besar, sekaligus sudah menjadi musibah tersendiri. Ke
depan entah musibah apa lagi yang akan diundang. Wallaahu A'lam.
ALLAH SWT TIDAK ZHALIM
Kenapa
dan bagaimana serta apa pun jenis musibah yang menimpa siapa pun, maka
yang jelas Allah SWT tidak zalim. Allah SWT Maha Adil dan Maha Arif lagi
Maha Bijaksana. Dalam QS.9. At-Taubah : 70 dan QS.29.Al-'Ankabuut: 40
serta QS.30.Ar-Ruum : 30, Allah SWT menyatakan yang terjemahannya: "Maka Allah sekali-kali tidak berlaku zalim kepada mereka, akan tetapi merekalah yang berlaku zalim kepada diri sendiri”.
Semoga
Allah SWT senantiasa memaafkan segala kesalahan kita dan mengampuni
segala dosa kita. Semoga musibah yang kita terima selama ini merupakan
ujian, sekurangnya merupakan peringatan, dan bukan azab yang
didahulukan. Semoga ke depan kita semua dijadikan Allah SWT sebagai
hamba-hambanya yang beriman dan bertaqwa. Aamiiin.
Penulis: Habib Muhammad Rizieq Syihab, MA
Sumber : Suara-Islam.COM