Rabu, 13 Februari 2013

Utusan Muslim Rohingya Kunjungi Markaz Besar FPI: Ajak Umat Islam Berjihad

Belum lama ini, Senin (11/2) Presiden Rohingya Solidarity Organization DR. Muhammad Yunus mengunjungi markaz Front Pembela Islam (FPI) di Petamburan III, Jakarta. Utusan muslim Rohingya itu diterima langsung oleh Ketua Umum FPI Habib Rizieq Syihab yang didampingi Sekjen Forum Umat Islam (FUI) KH. Muhammad Al-Khaththath, dan sejumlah pimpinan ormas Islam, diantaranya Ustadz Abu Jibril, KH. Ahmad Cholil Ridwan (Ponpes Al Husnayain), Ustadz Abu Haris (HASI), Jose Rizal (Mer-C) dan para jurnalis muslim yang tergabung dalam JITU (Jurnalis Islam Bersatu).

Di depan pimpinan ormas Islam, Dr. Muhammad Yunus  menceritakan ihwal kronologi dan perkembangan terkini Muslim Rohingya di Arakan, Myanmar. Hingga kini, pembunuhan demi pembunuhan masih berlangsung di Arakan tanpa tahu kapan bisa berhenti. Sekitar 100.000 rumah milik muslim Rohingya yang dibakar oleh pihak Budha.

“Sekarang ini sudah tidak ada lagi muslim di Arakan. Mereka semua habis dibantai. 2000 orang muslim Rohingya tewas tiap bulan,” tandas Presiden Rohingya Solidarity Organization DR. Muhammad Yunus.
Data jumlah dua ribu orang yang meninggal itu ada pihak muslim, baik yang masih berada di dalam Rohingya maupun di pengungsian. Bahkan sekitar 2000 muslim Rohingya juga meninggal di tahanan . “Ada sekitar 2000 org sedang ditahan. Sampai saat ini tidak diberi makan hingga meninggal,” katanya.
Yunus mencatat, ada 50.000 lebih pengungsi yang hijrah ke Bangladesh, Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Rinciannya ada 17 camp pengungsi yang dipusatkan di Arakan. Kini, pedesaan-pedesaan di Rohingya sudah dikepung oleh tentara Myanmar dan budha fanatik. Orang-orang muslim sudah tidak bisa lagi keluar rumah, bahkan untuk makan sekalipun.

“Oleh sebab itu banyak yang meninggal dunia karena kurang makanan dan obat-obatan. Banyak saudara-saudara kita dari negara muslim membantu, tapi mereka tidak bisa berbuat banyak karena pihak Budha menghalang-halangi,” akunya.

Pihak Budha bahkan mengancam NGO yang mengirimkan bantuan. DR. Muhammad Yunus mengatakan banyak sumbangan dari Palang Merah tidak sampai ke tangan mereka. Bahkan bantuan diberikan kepada pengungsi palsu. “Keadaan di Rohingya sangat menyedihkan, Partai Budha di Myanmar menghalangi bantuan. Pemerintah Myanmar tidak melakukan apa-apa,” tandasnya.
Valery Amos dari Perserikatan Bangsa-bangsa pung menyatakan keprihatinannya atas muslim Rohingnya di Arakan. Pemerintah Bangladesh secara diam-diam juga memberi bantuan kepada pengungsi.  Di Thailand, sekitar 1000 pengungsi sempat mendapat bantuan, tapi tidak berlangsung lama, hanya 6 bulan saja. Dan pengungsi itu telah dideportasi ke Myanmar.

“Banyak warga Muslim Arakan yang ambil resiko, untuk kabur ke Malaysia untuk mendapatkan bantuan. Tapi tak sedikit kapal yang mereka tumpangi tenggelam, karena kelebihan muatan,’ ujar Yunus.
Lebih lanjut Muhammad Yunus menceritakan, ada kelompok liberal yang memberi bantuan di Arakan, tapi bantuan itu disunat. Yang menyedihkan lagi, di perbatasan Thailand, terjadi praktek human trafficking. Setelah ditangkap, lalu dipulangkan kembali ke Myanmar.
“Cara yang paling efektif untuk membantu Muslim Rohingya adalah memberikan bantuan secara langsung ke pengungsi di kamp pengungsian. Atau melalui person to person utusan Muslim Arakan yang tinggal di Malaysia.”

Ajak Jihad
Apa yang bisa dilakukan oleh umat Islam di Indonesia untuk membantu penderitaan Muslim Rohingya di Myanmar? Muhammad Yunus berharap, tetap dilakukan penggalangan bantuan kemanusiaan dalam bentuk obat-obatan, makanan, dan tempat tinggal. Selanjutnya, upaya diplomasi politik negara-negara islam  untuk menekan pemerintah Myanmar, dan tak kalah penting adalah adanya gerakan jihad di Myanmar. “Jihad sangat mungkin di Arakan. Semoga Allah menolong kita,” ungkap Yunus.
Dikatakan Jose Rizal dari Mer-C, sebetulnya sudah ada gerakan jihad disana, tapi jumlahnya sangat sedikit. Itulah sebabnya perlu dukungan dari kaum muslimin dimana pun berada. Kita tentu mengharapkan, ada sinergis dari faksi-faksi di Myanmar, karena ini memang sangat diharapkan pihak musuh untuk memecah belah persatuan umat Islam.