Rabu, 16 Januari 2013

Dukung Hb.Rizieq Syhab jadi Presiden

Capek bosan dan kecewa bahkan marah karena negara ini tidak pernah keluar dari lingkaran syaithan kepemimpinan pemerintahan yang zalim –Diktator-KKN-Penyalahgunaan Kuasa sejak negara ini lahir tahun 1945 hingga sekarang. Pajak retribusi dikutip setiap waktu tapi jalan berlobang dan infrastruktur lainnya yang lemah dibiarkan begitu saja. Dengan 

kekayaan alam yang melimpah, Indonesia tidak bisa menerapkan wajib belajar gratis sampai S1 seperti di Malaysia atau jalan tol gratis antar popinsi dan kereta api angkutan umum gratis seperti di Thailand, belum lagi kita melihat Brunei yang menggaji setiap bayi yang lahir atau Singapura yang bebas korupsi menjadikan rakyatnya seperti raja yang harus dilayani atau seperti bayi yang harus dijaga, dilindungi dan disayangi oleh pemerintah.

Rasanya saya cukup terpelajar dengan Pendidikan S3 bidang politik Islam. Tentu saja berdasarkan ilmu yang sangat sedikit ada pada saya itu, pilihan saya bukan berdasarkan emosi, dan pertimbangan tidak masuk akal lainnya. Dan juga sampai saat ini saya tidak pernah menjadi anggota partai manapun.

Saya mendukung Habib jadi Presiden karena Habib Rizieq bukanlah seorang koruptor sang pengkhianat dan penghancur Negara bangsa. Dia juga bukan seorang teroris yang sering menjadi umpan inteligen untuk membuat huru hara untuk tujuan kepentingan ekonomi dan politik pihak tertentu di negara ini.

Pendidikan Habib Rizieq adalah S2 menuju S3 di Universitas tertua dan terbaik di Malaysia, University of Malaya (UM). Hasil Tesis S2-nya bidang politik di Indonesia mendapat pujian sangat cemerlang dimata seorang tokoh Profesor senior di Malaysia.

Satu kata dengan perbuatannya, tidak neko-neko, plin plan, genggam bara atau munafik. Dia istiqomah, jujur, adil dan bekerja –tidak hanya bicara-. Sering membantu tugas dan tanggung jawab polisi yang digaji dari uang rakyat tapi terkadang tidak menjalankan tugas mereka, padahal jelas didepan mata perkara melanggar hukum sering dibiarkan begitu saja.

Menurut saya, Habib memiliki peluang jadi Presiden Negara Republik Indonesia karena dia beridiri di tengah tanpa memiliki partai dan mazhab tertentu. Tidak ada isu sentimen calon Muhammadiyah dan calon NU yang biasanya sering menjadi alat musuh Islam memecah belah suara dan menghambat naiknya calon Islam jadi pemimpin negara ini.

Walaupun media selalu menjelek, memburuk dan membusukkan namanya melebihi kejahatan para koruptor dan teroris di Negara ini. Gerakannya juga sering dimanfaatkan untuk pembohongan, pengalihan isu, pencitraan dan penyalahgunaan kuasa rejim di Negara ini.

Saya melihat rakyat sudah semakin cerdas, pintar, selektif dan kritis sehingga rakyat tidak mudah dibodohi lagi seperti zaman Orde Lama dan Orde Baru. Walaupun tahap pendidikan rakyat kita tidak setinggi di Singapura, Malaysia dan Negara lainnya, namun kebebaasan media cukup memberi pendewasaan politik pada rakyat. Namun tentu saja sering juga suara mereka terjual karena alasan kemiskinan, keperluan dan sebagainya.

Saya melihat semua calon presiden yang ada sekarang ini hanyalah bugih lamo -lagu lama-. Dengan kepemimpinan mereka, Indonesia tidak akan pernah keluar dari lingkaran syaitan pemerintahan yang zalim –Diktator-Korupsi, Kolusi, Nepotisme-Penyalahgunaan kuasa- dan seterusnya.

Alasan mengapa saya menolak semua calon Presiden yang ada sekarang, karena mereka adalah orang lama, kiprah dan gebrakan mereka selama ini sudah diketahui umum dan modal mereka untuk jadi Presiden jauh lebih banyak dari jumlah total gaji yang akan mereka terima selama mereka menjadi Presiden nanti. Falsafah hidup, tujuan, dan matlamat mereka bukanlah kesejahteraan dan kemakmuran rakyat tetapi uang, kekuasaan dan golongan. Mustahil mereka akan mau kerja bakti tanpa pamrih atau ada udang di belik peyek dinegara ini.

Menurut saya; calon Presiden dari partai; tuhan, kiblat dan tujuan mereka adalah politik kekuasaan dan kepentingan yang sudah sangat mengecewakan dan menyusahkan rakyat selama ini.

Lagipun saya tidak akan pernah mau mendukung calon Presiden militer atau mantan militer apalagi Polisi, alasannya, disamping sumber daya manusia mereka yang lemah, juga tidak ada Negara yang maju karena dipimpin oleh militer atau mantan militer di dunia ini.

Semoga Allah SWT meridhoi pilihan saya untuk mendukung Habib Rizieq menjadi Presiden Negara Republik Indonesia. Amin.

Penulis:
Afriadi Sanusi
Peneliti di Jabatan Sains Politik Islam, Universiti Malaya, Kuala Lumpur, Malaysia

 
Sumber : Suara islam.