Rabu, 16 Januari 2013

Mari Mencoba Lebih Objektif Menilai FPI

Kali ini saya ingin lebih sedikit mendalam menelaah dan memberikan pandangan perihal Ormas yang ”sangat fenomenal” ini atau kalau boleh mengutip kalimat Syahrini, maka FPI sangat pantas di katakan ”Sesuatu banget” bagi warga Jakarta, bahkan mungkin juga untuk dunia, karena aksi penolakan mereka atas konser Lady Gaga. Sebetulnya saya masih penasaran atas alasan favorit FPI ketika mereka sudah mulai dikejar pertanyaan-pertanyaan seperti :

 
Kenapa hanya pornografi yang di demo ??
Kenapa hanya umat lain yang mau ibadah yang ”di ganggu” ??
Kenapa cuma heboh dengan miras, Pub-pub??
Kemana mereka untuk kasus korupsi ??
Kemana untuk banyaknya TKI yang di pancung ??
Kemana mereka saat bencana alam ??
Pertanyaan-pertanyaan itulah yang menjadi favorit bagi yang tidak pro dengan FPI, atau ada sebagian orang yang menyebut mereka kaum Liberal.
Dan jawaban Favorit FPI adalah : “bahwa selama ini media menyiarkan secara timpang perihal sepak terjang Ormas mereka, karena sebenarnya aksi mereka tidak hanya sebatas pada soal Miras, Pornografi dan tempat ibadah yang menurut mereka “illegal”, tapi jauh lebih luas dari itu… Politik, bencana alam, kemanusiaan dan soal TKI, FPIpun ikut aktif dalam menyuarakannya…”
Issue Ketimpangan media dalam memberitakan Ormas ini yang masih membuat saya ragu untuk ikut menolak FPI, jika memang media tidak seimbang dalam memberitakan FPI maka sudah bisa dipastikan semua ini tidak lain hanya untuk menjelekkan nama Ormas Islam itu secara sepihak. Bahkan konon sang Ketua Umum FPIpun katanya tidak jarang diwawancarai oleh berbagai media perihal aksi FPI yang tidak hanya pada soal diatas, namun anehnya tidak ada satupun yang diangkat ke layar kaca ataupun media umum. Jika memang demikian, menurut saya ini aneh dan cenderung ada unsur konspirasi… tapi sejujurnya, saya tidak tau yang sebenarnya.
Sejauh ini, walaupun aksi FPI tergolong agak ”anarki”, karena demikianlah yang saya lihat ditelevisi, namun dalam prosedurnya menurut informasi dari FPI yang ditayangkan di TV, bahwa aksi turun tangan itu adalah aksi final setelah pihak FPI mengajukan permohonan secara tertulis untuk pihak yang bersangkutan menghentikan apa yang mereka lakukan dan surat pemberitahuan kepada aparat perihal hal tersebut dan meminta untuk mengamankannya. Jadi bisa disimpulkan aksi turun tangan FPI adalah tindakan terakhir ketika seseorang tidak mampu untuk diberitahu secara baik-baik dan ketika aparat terlalu lambat menangani sesuatu.
Entah hal tersebut benar adanya atau tidak, namun jika memang benar prosedur FPI dalam setiap melakukan aksinya dengan menggunakan prosedur di atas, maka bisa kita tarik kesimpulan, bahwa anarkinya FPI bisa menjadi ukuran untuk sangat ”bandel”nya para oknum pengusaha dan lambannya respon aparat dalam menangani sesuatu.
Adalah jawaban klasik jika alasan aparat dalam merespon keluhan masyarakat (termasuk keluhan FPI) dikarenakan ”karena kami tidak hanya menangani kasus itu saja… banyak kasus yang lebih besar dan lebih urgent yang harus kita tangani..”
Saya merasa alasan itu sudah mulai menjadi nyanyian lama yang hanya akan di balas dengan senyum sinis oleh masyarakat yang sedang menghadapi kasus. Aparat seharusnya bisa memanage anggota agar semua lini permasalahan bisa tertangani dengan baik. saya rasa tidak perlu saya uraikan bagaimana caranya. Saya yakin mereka bisa memperbaiki citranya yang mulai terpuruk.
Kembali kepada aksi FPI, bagaimanapun juga, saat ini sudah muncul sebuah pemikiran yang agak menyimpang dari seharusnya di kalangan masyarakat, ada sebagian masyarakat yang lebih nyaman jika mengadukan masalahnya kepada FPI ketimbang kepada aparat karena mereka menilai FPI dapat menangani masalah lebih baik dari pada aparat, baik itu dari bebasnya mereka dari biaya yang kadang harus dikeluarkan, dan juga kecepatan penanganan masalah, apalagi jika pengaduan itu berkaitan dengan akidah. Hal ini adalah bahaya besar bagi negara ini jika semakin banyak masyarakat yang berpaling dari Aparat dan mengalihkan kepercayaan mereka pada Ormas seperti FPI.
Ini PR besar bagi aparat kepolisian kita untuk membenahi dirinya. Atau negara ini akan menjadi benar-benar NEGARA AUTOPILOT… ini harus di luruskan!!.
Dan bagi Media, alangkah baiknya jika kita mulai mengedepankan tayangan yang bemutu bukan hanya berdasarkan rating yang tinggi, namun juga berdasarkan pertimbangan keseimbangan dalam menyampaikan berita. Cobalah untuk memasukkan aksi FPI tidak hanya dari sisi anarkis mereka, namun coba dapatkan juga aksi mereka ketika mereka dalam aksi kemanusiaannya… cobalah tayangkan dan beritahu kami secara seimbang. Jangan sampai kebebasan Pers yang diberikan negara saat ini hanya menjadi kebebasan media untuk mengatur opini publik sesuai keinginannya.
Untuk itu, saya yakin, jika FPI memang mengedepankan Ammar Ma’ruf Nahi Munkar dalam setiap kegiatannya dan semua dari kita mengedepankan kebaikan dan perdamaian, juga aparat bekerja dengan baik dan jeli untuk menindak setiap ketidakbaikan dengan sigap dan tepat sasaran. Maka saya berani menjamin, FPI dan puluhan Ormas sejenisnya akan menjadi lembut dan tenang dengan sendirinya.
Dari sini saya ingin mengingatkan pada semuanya, marilah kita dapat lebih objective dalam menilai sesuatu, bahwa aksi FPI mungkin saja bukan semata-mata kalau FPI ingin jadi Jagoan ”kampung” atau ingin negara ini jadi negara islam, Namun lebih kepada polemik kronis bangsa ini terhadap kepercayaan masyarakat terhadap aparat penegak hukumnya.
  
Oleh: Kristianto